Arti Sebuah Keluarga Part 5
Buku diary milik Stella menjadi satu-satunya kenangan untuk mereka. Meskipun itu hanyalah buku yang hanya berisi photo biasa, tapi kenangan dibalik photo itulah yang sangat berarti bagi Melody, Ve, Cleo, Shania, Sonya, Ochi, dan Nabilah. Meskipun hanya berisi beberapa lembar photo, tapi dibalik semua itulah mereka mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
Satu per satu menghapus air mata mereka. Mereka tidak mau terlalu lama larut dalam kesedihan. Masih ada hari esok yang harus dihadapi, hari baru dengan asa yang baru. Mereka tahu kalau Stella tidak akan lama pergi dan akan menemui mereka bila ia kesepian. Karena mereka tahu, bahwa mereka lah yang akan selalu ada untuk Stella saat ia kesepian. Begitu juga untuk saudara lainnya.
“Ayo kita semua mandi. Kita lakukan aktivitas seperti biasa. Lagi pula sekarang kan hari minggu, ini waktu kita untuk bersama seharian..” ajak Melody kepada saudara lainnya.
Mereka semua lantas bergantian untuk mandi. Ayah dan Bunda merasa lega karena anak-anaknya tidak sedih terlalu lama. Walaupun rasa kehilangan masih tertinggal, tapi mereka tahu itu tidak akan lama.
Sementara itu, dikeluarga Stella yang sekarang, Ayah dan Bunda Stella sedang menjelaskan mengapa mereka tidak merawat Stella dari kecil. Stella mencoba memahami semuanya.
“Waktu kamu kecil, Ayah dan Bunda sebenarnya bisa merawat dan membesarkan kamu. Tapi setelah perusahaan Ayah bangkrut, Ayah tidak punya penghasilan lagi. Maka Ayah dan Bunda sepakat untuk menitipkan Stella ke Pak Doni dan Bu Doni. Ayah dan Bunda sudah tidak tahu lagi harus bagaimana agar Stella tetap bisa tumbuh seperti anak kebanyakan, karena itu Ayah dan Bunda melakukan itu..” terang Ayah.
“Loh? Bukannya Ayah bekerja di Australia?” Tanya Stella.
“Memang benar Ayahmu bekerja di Australia saat itu, tapi itu pun hanya sebagai TKI saja.” Jawab Bunda.
“Lalu kenapa Ayah dan Bunda bisa seperti sekarang ini?” Tanya Stella lagi.
“Majikan Ayah di Australia sangat peduli dan percaya pada Ayah. Karena itu beliau meminjamkan uang kepada Ayah sebagai modal untuk usaha Ayah di Indonesia. Dan sejak saat itu Ayah bekerja keras agar kehidupan keluarga ini membaik lagi seperti dulu..” terang Ayah lagi.
“Ohh, begitu. Apa Sonia juga tahu masalah ini?” Tanya Stella.
“Enggak nak, Sonia tidak tahu. Sebaiknya kamu juga jangan beri tahu dia akan hal ini. Cukup kamu saja yang mengetahuinya..” jawab Bunda.
“Apa Stella masih marah kepada Ayah dan Bunda?” Tanya Ayah.
“Enggak Yah. Stella bangga punya orang tua yang mau berkorban seperti itu untuk Stella. Meskipun harus meminta bantuan orang lain, tapi kerja keras dan semangat Ayah dan Bunda sangat berjasa untuk Stella. Bahkan sampai sekarang ini. Terima kasih..” ucap Stella memeluk Ayah dan Bundanya.
“Sama-sama nak. Mulai sekarang panggil kita Papa dan Mama yaa? Agar sama dengan adik kamu dan agar bisa membedakan dengan keluarga kamu disana.” Pinta Ayah.
“Iya Pa, Ma. Stella ngerti.” Jawab Stella.
Mereka akhirnya kembali melakukan aktivitasnya masing-masing. Stella membantu Mama nya memasak, Papa membaca koran di ruang tamu, sedangkan Sonia masih tidur karena ia tidur sangat pagi.
“Selamat makan!” ucap Nabilah dengan semangatnya.
Ayah, Bunda, Melody, dan saudara lainnya makan bersama. Meskipun Stella sudah tidak disana, tapi bangku di meja makan yang sering digunakan Stella tetap dikosongi. Hal itu mereka lakukan untuk menunjukkan bahwa kapanpun Stella kembali kesana, mereka akan menerimanya dengan senang hati.
“Ve, besok kamu lomba design kan?” Tanya Cleo.
“Iya. Design nya juga sudah diselesaikan Stella, aku tinggal menghafal motifnya.” Kata Ve.
“Wah, anak Bunda ada yang mau lomba lagi ya? Bunda bangga karena kalian selalu mewakili sekolah kalian dalam ajang perlombaan apapun itu. Semoga kamu jadi juara ya Ve..” ucap Bunda kepada Ve.
“Iya Bunda, terima kasih. Ayah doakan aku juga yaa..” pinta Ve.
“Ayah pasti berdoa untuk kamu dan kalian semua. Doa terbaik Ayah selalu ada untuk keluarga ini..” ucap Ayah.
“Kak Stella lomba model, Ochi, aku, dan Shania lomba voli, kak Ve lomba design, kak Melody dan Cleo lomba cerdas cermat IPA. Kalau Nabilah lomba apa ya? Hahahaha..” ejek Sonya pada Nabilah.
“Hahaha, bener kamu. Kayaknya Nabilah belum pernah lomba apa-apa. Kecil sih..” ejek Shania lagi ke Nabilah.
“Yeee, disekolah Nabilah belum ada lomba apa-apa jadi Nabilah nggak lomba. Coba besuk kalau Nabilah udah masuk SMP dan SMA, pasti Nabilah juga ikut banyak lomba..” celetus Nabilah.
“Emang kamu kelas berapa sih Bil? Eh, kamu masih SD yaa? Pantes aja, kakak lupa soalnya. Hahaha..” kembali ejekan dari Ochi.
Semua tertawa karena melihat raut muka Nabilah yang di ejek habis-habisan oleh kakak-kakaknya. Nabilah yang biasanya banyak omong, sekarang sedang dikerjai oleh kakak-kakaknya.
“Udah, makan dulu jangan ketawa. Nabilah kalau udah gede harus lebih hebat dari pada kakak-kakak Nabilah yaa. Nabilah pasti bisa.” Lerai Bunda sambil menyemangati Nabilah.
“Iya Bunda. Itu sudah pasti. Nabilah kan memang lebih hebat dari mereka..” ucap Nabilah dengan sangat yakin.
“Ngomong-ngomong Ayah tahu apa lomba yang cocok untuk Nabilah. Lomba ini pas sekali untuk Nabilah..” kata Ayah.
“Hah? Lomba apa Yah?” Tanya Melody penasaran.
“Ada yang tahu lomba apa?” Tanya Ayah kembali.
“Nabilah tahu Yah, lomba matematika kan? Atau lomba menyanyi? Atau lomba menggambar?” jawab Nabilah.
“Bukan. Nabilah salah..” ucap Ayah.
“Ve tahu Yah, lomba makan telur ayam kan?” ucap Ve sambil sedikit tertawa.
“Haha, iya Ve benar. Nabilah cocok lomba makan telur ayam. Mau dadar atau mata sapi, Nabilah pasti juara..” ucap Ayah sambil tertawa.
Semuanya kembali tertawa mendengar itu, termasuk Nabilah. Mereka semua tetap menjaga keharmonisan keluarga yang sudah ada dan tidak terlalu memusingkan yang telah terjadi. Bagi mereka, apa yang ada sekarang, itulah yang harus dihadapi.
Setelah mereka selesai makan, mereka lalu membersihkan rumah bersama-sama. Yaa, itulah tradisi keluarga itu setiap hari libur. Menghabiskan waktu libur dalam kebersamaan untuk bekerja. Sesekali mereka pergi berlibur keluar rumah, tapi itu juga hanya dua kali sebulan di hari minggu. Dan dua kalinya lagi untuk membersihkan rumah, taman, dan sebagainya.
“Pa, makanannya sudah siap. Ayo makan Pa.” ajak Stella kepada Papanya.
“Iya nak, sebentar..” ucap Papa.
Papa pun melipat koran dan menuju ke ruang makan untuk makan bersama.
“Loh, Sonia mana? Apa masih belum bangun?” Tanya Papa.
“Belum Pa. Masih tidur kayaknya. Soalnya semalem tidurnya pagi banget. Jam tiga pagi baru tidur. Kita ngobrol lama semalem..” terang Stella.
“Yaudah, kamu bangunin dulu sana. Ajak makan bareng kita.” Perintah Mama.
“Iya Ma..”
Stella pun lantas naik ke lantai atas, menuju kamarnya dan membangunkan Sonia.
“Hey! Hey! Bangun! Sudah siang sekarang. Son, ayo cepet bangun!” Stella membangunkan Sonia. Sonia akhirnya bangun dengan muka yang masih agak lesu seperti kurang tidur.
“Ayo cepet bangun. Kita makan bareng Papa dan Mama..” ajak Stella.
“Makan? Oke kak..” ucap Sonia dan langsung turun dari kamarnya menuju ruang makan.
“Hmmm. Kalau soal makan aja cepet. Pantes gendut gitu..” batin Stella sambil tersenyum.
Stella juga kunjung turun kamar dan ikut makan bersama.
“Pa, kapan-kapan main ke tempat keluarga Pak Doni ya? Stella kangen sama mereka. Walaupun belum ada sehari pisah, tetep aja Stella kangen..” pinta Stella.
“Iya nak, kamu bisa main kesana kok. Papa sudah atur jadwal juga. Setiap hari sabtu dan minggu kamu bisa menginap disana kalau kamu mau. Iya kan Ma?” terang Papa.
Mama hanya tersenyum mengiyakan.
“Beneran Pa? Stella seneng banget. Berarti mulai sabtu depan besuk ya Pa Stella bisa kesana?” Tanya Stella dengan sangat gembira.
“Iyaa..” Ucap Papa sambil tersenyum.
“Sonia bisa ikut nggak kak? Sonia juga pengin tahu gimana keluarga disana..” ucap Sonia berharap.
“Bisa kok. Disana juga masih ada tempat lagi untuk kamu. Mereka pasti seneng bisa ketemu kamu.” Ucap Stella.
“Yess! Aku jadi nggak sabar kak pengin ketemu mereka. Hehehe..” ucap Sonia lagi.
“Sama, kakak juga nggak sabar..” batin Stella.
Papa dan Mama bahagia melihat keakraban anak-anak mereka. Walau baru sehari mereka bertemu, tapi batin antara kakak dan adik sangat terasa diantara mereka berdua.
Hari itu berlalu dengan indah untuk keluarga baru Stella, dan keluarga aureliana bersaudara. Keharmonisan kedua keluarga itu patut dicontoh. Dimana disetiap permasalahan, tidak perlu diselesaikan dengan pertengkaran. Dimana disetiap keharmonisan, selalu didasari oleh rasa saling percaya dan kasih sayang satu sama lain.
Hari esok sudah menanti, baik untuk keluarga aureliana bersaudara, atau untuk Stella yang memulai lembaran barunya bersama keluarga baru. Bagaimanapun, mereka sama-sama memulai hari baru dengan kondisi dan lembaran baru. Sekolah baru telah menanti Stella, sedangkan perlombaan design sudah
menunggu kehadiran Ve disana. Walaupun kini aureliana saudara berpisah, namun batin kekeluargaan masih melekat pada mereka semua. Tak seharipun mereka tidak saling memikirkan satu sama lain. Tak seharipun mereka tidak saling mendoakan satu sama lain. Walaupun jarak memisahkan, tapi mereka tetap bersama di satu tempat, yaitu di dalam lubuk hati. Itulah arti sebuah keluarga..
~ To be continued ~
***
Author: @hilmanfarizan94
Untuk melihat daftar isi Arti Sebuah Keluarga, klik disini
0 komentar:
Posting Komentar